Friday 2 June 2017

makalah detektor isian gas

MAKALAH PROTEKSI RADIASI
“DETEKTOR ISIAN GAS”








Disusun untuk memenuhi tugas Proteksi Radiasi Semester 2
Disusun Oleh :
Neneng Santinah ( P1337430116001)







PROGRAM STUDI DIPLOMA III
TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
2017









KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Detektor Isian Gas” tepat pada waktunya.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Proteksi Radiasi semester 2 Program Studi Diploma III Jurusan Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang.

Dalam Kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :

1.      Bapak Ardi Soesilo Wibowo selaku dosen koordinator Mata Kuliah Proteksi Radiasi semester 2 Program Studi Diploma III Jurusan Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang.
2.      Ibu Darmini selaku tim dosen Mata Kuliah Proteksi Radiasi semester 2 Program Studi Diploma III Jurusan Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang.
3.      Kedua Orang Tua dan Semua yang selalu memberikan dukungan baik moral, spiritual, dan material.
4.      Rekan-rekan senasib dan seperjuangan serta semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangannya, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun, sehingga menjadi lebih sempurna. Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan bagi penulis pada khususnya. Amin yaa robal alamin.
                                                                                               Semarang,   Mei 2017

                                                                                                                        Penulis














DAFTAR ISI

Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
B.     Rumusan Masalah
C.     Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A.    Deskripsi
B.     Jenis-jenis
C.     Cara Pengukuran Radiasi
D.    Prinsip Kerja
E.     Keunggulan dan Kelemahan
F.      Contoh
BAB III PENUTUP
A.    Simpulan
B.     Saran
DAFTAR PUSTAKA









BAB I PENDAHULUAN
A.                Latar Belakang
Manusia tidak memiliki indra khusus yang peka terhadap radiasi pengion, sehingga keberadaan radiasi ini tidak dapat diketahui secara langsung oleh sistem panca indra manusia, meskipun indra itu bersentuhan langsung dengan radiasi pengion. Mata manusia misalnya, hanya peka atau mampu melihat radiasi elektromagnetik berupa cahaya tampak dengan rentang energi antara 1,5-3 eV. Sementara radiasi elektromagnetik lainnya, seperti sinar-X dengan rentang energi antara 12 sampai dengan beberapa ratus eV tidak akan dapat dilihat oleh mata manusia. Oleh sebab itu, untuk keperluan memantau adanya radiasi pengion disekitarnya, manusia harus mengandalkan pada kemampuan alat pantau radiasi.
Setiap alat pantau mempunyai detektor yang mampu mengenali adanya radiasi. Apabila radiasi pengion melintasi bahan detektor, maka antara bahan detektor dan radiasi pengion akan terjadi interaksi sehingga menimbulkan berbagai jejak atau tanggapan tertentu yang merupakan hasil interaksi antara radiasi dan bahan detektor. Besar jejak yang timbul sebanding dengan dosis radiasi yang diterimanya. Jejak tersebut dapat timbul karena dalam interaksi itu radiasi menyerahkan sebagian atau seluruh energinya kepada medium yang dilewati.
Dalam proses pemindahan energi dari radiasi kepada medium biasanya disertai dengan timbulnya proses ionisasi medium, pancaran cahaya, pemanasan medium, perubahan kimia, dan lain lain bergantung pada jenis materi yang dilaluinya. Pengamatan adanya radiasi dapat dilakukan melalui pengamatan terhadap salah satu dari jejak-jejak tersebut. Saat ini telah berhasil dikembangkan berbagai jenis alat pantau radiasi dengan spesifikasi dan keunggulan masing-masing.
Untuk mengukur besarnya tanggapan yang terjadi, detektor dihubungkan dengan rangkaian elektronik yang mampu memberikan  sinyal masukan pada rangkaian pembaca (meter). Oleh rangkaian pembaca sinyal tersebut ditampilkan dalam bentuk angka-angka hasil pengukuran radiasi. Angka tersebut selanjutnya dapat diubah dengan faktor konversi tertentu menjadi angka-angka hasil bacaan yang menunjukkan tingkat radiasi yang diterima detektor. Ada berbagai jenis alat pantau radiasi dirancang untuk maksud-maksud penggunaan tertentu. Adakalanya alat pantau tersebut dapat memberikan hasil pengukuran dalam bentuk paparan radiasi per satuan waktu, misalnya dalam mR/jam. Ada pula yang memberikan hasil pengukuran dalam bentuk dosis serap per satuan waktu, misalnya dalam mRad/jam atau Gy/jam dan sebagainya.
Dikaitkan dengan jenis radiasi pengion yang perlu dipantau, ada berbagai jenis alat pantau radiasi yang hanya mampu memantau satu jenis radiasi saja, misalnya untuk memantau laju dosis sinar-X/gamma, beta maupun electron. Namun beberapa jenis alat pantau yang ada saat ini dirancang sedemikian rupa sehingga mampu memantau lebih dari satu jenis radiasi.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana deskripsi dari detektor isian gas ?
2.      Apa saja jenis-jenis detektor isian gas ?
3.      Bagaimana cara pengukuran radiasi dari detektor isian gas ?
4.      Bagaimana prinsip kerja detektor isian gas ?
5.      Apa saja keunggulan dan kelemahan dari detektor isian gas ?
6.      Apa saja contoh dari detektor isian gas ?
C.     Tujuan
1.      Mengetahui deskripsi dari detektor isian gas.
2.      Mengetahui jenis-jenis detektor isian gas.
3.      Mengetahui cara pengukuran radiasi dari detektor isian gas.
4.      Mengetahui prinsip kerja detektor isian gas.
5.      Mengetahui keunggulan dan kelemahan dari detektor isian gas.
6.      Mengetahui contoh dari detektor isian gas.

















BAB II PEMBAHASAN

A.                Deskripsi
Salah satu jenis alat pantau radiasi yang pertama kali diperkenalkan ini adalah alat pantau dengan detektor ionisasi gas. Detektor ini bekerja dengan memanfaatkan hasil interaksi antara radiasi pengion dengan atom atau molekul gas yang dipakai sebagai detektor. Lintasan radiasi pengion di dalam bahan detektor dapat mengakibatkan terlepasnya elektron-elektron dari atonm bahan itu sehingga terbentuklah pasangan ion positif dan negatif. Pasangan ion tersebut terdiri dari elektron bebas dan atom atau molekul residu yang bermuatan positif. Proses pembentukan ini disebut proses ionisasi. Partikel bermuatan seperti sinar-α dan sinar-β dapat melakukan ionisasi secara langsung. Proses interaksi secara tidak langsung itu dimulai dari interaksi antar foton maupun neutron dengan bahan detektor sehingga dihasilkan partikel bermuatan.  Partikel inilah yang selanjutnya melakukan ionisasi terhadap bahan detektor.
            Kemampuan radiasi dalam mengionisasi bahan, baik ionisasi langsung maupun tidak langsung, digunakan dalam beberapa jenis alat pantau radiasi untuk mengukur dosis radiasi maupun aktivitas zat radioaktif. Karena bahan detektornya gas maka detektor radiasi ini disebut detektor ionisasi gas. Jumlah pasangan dan ionisasi yang terbentuk bergantung pada jenis dan energi radiasinya. Radiasi-α dengan energi kinetiknya 3 MeV misalnya, mempunyai jangkauan dalam udara pada kondisi (P,T) standar sejauh 2,8 cm dan dapat menghasilkan 4.000 pasangan ion per mm lintasannya. Sedang radiasi-β dengan energi kinetiknya 3MeV mempunyai jangkauan dalam udara pada kondisi (P,T) standar lebih dari 1.000 cm, radiasi ini hanya mampu menghasilkan 4 pasangan ion tiap mm lintasannya.
            Detektor ionisasi gas berbentuk silinder yang diisi gas yang mempunyai dua elektroda. Dinding tabung yang dipakai sebagai selubung gas dihubungkan dengan kutub negatif sumber tegangan sehingga berfungsi sebagai elektroda megatif(katoda). Kawat ditengah-tengah tabung dihubungkan dengan kutub positif sumber tegangan sehingga berfungsi sebagai elektroda positif(anoda). Fenomena fisika yang dipakai dalam detektor gas ini adalah fenomena listrik. Kedua elektroda akan berfungsi sebagai keping-keping kapasitor.
Gambar 1 Kontruksi detektor isian gas
            Apabila kapasitas dari kapasitor adalah C dan beda potensial antara kedua elektrodanya adalah sebesar sumber tegangan V, maka muatan listrik Q yang dapat disimpan dalam kapasitor ini adalah :
Q = C . V
            Masuknya radiasi pengion ke dalam tabung detektor akan menyebabkan detektor isian gas sehingga terbentuklah pasangan-pasangan ion. Ion-ion positif akan tertarik ke arah katoda dan ion-ion negatif akan tertarik ke arah anoda. Karena menarik ion0ion yang muatannya berlawanan, maka akan terjadi pengurangan muatan listrik pada masing-masing elekroda. Sebagian muatan listrik pada keping elektroda dinetralisasi oleh ion-ion yang ditariknya. Penurunan jumlah muatan pada masing-masing elektroda akan mengakibatkan penurunan tegangan antara kedua elektroda itu yang dapat dirumuskan dengan:

            Jika N menyatakan jumlah pasangan ion yang terbentuk dan e adalah muatan elementer ( muatan 1 buah elektron, e = 1,6 x 10-19 C), maka jumlah penurunan muatan pada kapasitor adalah :
Dengan mensubsitusikan persamaan (2) ke persamaan (1) diperoleh :
            Dari persamaan diatas, terlihat bahwa jumlah penurunan tegangan selalu sebanding dengan jumlah pasangan ion yang terbentuk. Sedang jumlah pasangan ion itu sendiri bergantung pada jenis dan energi radiasi yang ditangkap detektor. Perubahan tegangan itu akan mengakibatkan terjadinya aliran listrik ( denyut out pu) yang dapat diubah menjadi angka-angka hasil cacahan radiasi.

            Dengan memanfaatkan tingkah laku ion-ion gas dalam medan listrik, kini telah berhasil dikembangkan tiga jenis alat pantau radiasi yang menggunakan gas sebagai detektornya, yaitu alat pantau kamar ionisasi, alat pantau proporsional dan alat Geiger-Muller (GM). Ketiganya mempunyai bentuk dasar dan prinsip kerja yang sama. Detektor ini berupa tabung yang diisi gas. Perbedaannya terletak pada tegangan operasi masing-masing alat tersebut. Kamar ionisasi beroperasi pada tegangan yang lebih rendah dibandingkan pencacah proporsional, sedang pencacah proporsional beroperasi pada tegangan yang lebih randah dibandingkan detektor GM.
B.                 Jenis-jenis
1.      Detektor kamar ionisasi
Alat pantau kamar ionisasi beroperasi pada tegangan paling rendah. Pasangan ion dihasilkan secara langsung oleh interaksi radiasi dengan bahan detektor. Jumlah electron yang terkumpul di anoda sama dengan jumlah yang dihasilkan oleh proses ionisasi radiasi pengion primer. Dalam daerah kamar ionisasi ini tidak terjadi pelipatgandaan ( multiplikasi ) jumlah ion oleh proses ionisasi sekunder atau factor multiplikasi gas pada daerah ini sama dengan satu. Dalam daerah ini dikemungkinkan untuk membedakan antara radiasi yang berbeda ionisasi spesifikasinya, misal antara partikel –α, partikel –β, atau radiasi -ɣ.
Aliran electron di dalam detektor dapat menimbulkan aliran listrik yang dipakai sebagai dasar pengukuran untuk radiasi yang diterima detektor. Arus yang timbul biasanya sangat rendah ( kira-kira 10-12A ) dan rangkaian elektronik sangat sensitive yang dikenal sebagai amplifier dc ( direct current ) digunakan untuk pengukuran arus tersebut. Alat pantau jenis ini dikenal sebagai alat pantau kamar ionisasi, sedangkan arus yang terukur merupakan hasil interaksi langsung antara radiasi dan bahan detektor. Tinggi pulsa listrik tidak tergantung pada besarnya tegangan.
Desain tabung dan gas pengisi yang digunakan bergantung pada maksud penggunaan alat itu. Untuk keperluan dalam instrumentasi fisika kesehatan, tabung detektor dibuat dari material bernomor atom rendah dan biasanya berisi udara sebagai bahan detektornya. Alat pantau ini dapat dipakai untuk pemantauan radiasi jenis foton maupun beta. Jika detektor dirancang juga untuk pemantauan radiasi –β, maka pada tabung detektor memiliki bagian yang berdinding sangat tipis yang dikenal sebagai Jendela. Melalui jendela itulah radiasi –β dapat mencapai detektor. Sedang tanpa jendela, hanya radiasi foton saja yang dapat mencapai detektor, sementara radiasi –β akan tertahan oleh dinding tabung detektor.

2.      Detektor proporsional
Salah satu kelemahan dalam pengoprasian detektor pada daerah kamar ionisasi adalah denyut out put yang dihasilkanya sangat lemah sehingga memerlukan penguat arus yang besar atau sensitivitas alat baca ( scaler ) yang tinggi. Untuk mengatasi kelemahan tersebut, tetapi masih tetap dapat memanfaatkan kemampuan detektor dalam membedakan berbagai jenis radiasi,  maka detektor dapat dioperasikan dalam daerah proporsional. Alat pantau proporsional beroperasi pada tegangan yang lebih tinggi dari pada alat pantau kamar ionisasi. Daerah ini ditandai dengan mulai terjadinya multiplikasi gas yang besarnya bergantung pada jumlah electron mula-mula dan tegangan yang digunakan. Karena terjadi multiplikasi maka ukuran pulsa yang dihasilkan sangat besar. Dalam hal ini dikatakan bahwa multiplikasi gas pada daerah proporsional lebih besar dari satu.
Multiplikasi terjadi karena electron-elektron yang dihasilkan oleh proses ionisasi dipercepat oleh tegangan yang digunakan sehingga electron tersebut mempunyai energi yang cukup tinggi untuk melakukan proses ionisasi berikutnya ( ionisasi sekunder ) terhadap bahan detektor sebelum mencapai anoda. Meskipun terjadi multiplikasi, namun jumlah total electron yang dihasilkan tetap sebanding ( proporsional ) dengan ionisasi mula-mula. Karena alat pantau jenis ini disebut alat pantau proporsional. Keuntungan dari alat pantau proporsional adalah bahwa alat ini mampu mendeteksi radiasi dengan intensitas yang cukup rendah. Penggunaanya yang sangat luas adalah untuk mengukur aktivitas zat radioaktif. Detektor gas yang beroperasi  pada daerah proporsional memerlukan sumber tegangan yang super stabil karena pengaruh tegangan pada daerah ini sangat besar terhadap multiplikasi gas dan terhadp tinggi pulsa out put.

3.      Detektor Geiger-muller
Alat pantau Geiger-muller ( GM ) beroperasi pada tegangan diatas alat pantau proporsional. Dengan mempertinggi tegangan melampaui daerah proporsional akan mengakibatkan proses ionisasi yang terjadi dalam detektor makin luas memanjang keseluruh anoda. Jika hal ini terjadi maka berakhirlah daerah operasi proporsional dan detektor mulai memasuki daerah operasi GM. Pulsa yang dihasilkan alat ini tidak lagi bergantung pada ionisasi mula-mula maupun jenis radiasi yang mengakibatkan proses ionisasi. Jadi radiasi jenis apa pun yang tertangkap oleh detektor GM akan menghasilkan keluaran yang sama.
Karena tidak mampu lagi membedakan berbagai jenis radiasi yang ditangkap detektor, maka detektor GM hanya dipakai untuk mengetahui ada tidaknya radiasi saja. Keuntungan pengoprasian di daerah GM ini adalah denyut out put yang dihasilkanya sangat tinggi, sehingga untuk pengukurannya tidak diperlukan penguat pulsa ( amplifier ) atau cukup digunakan penguat pulsa yang sederhana saja. Dalam praktek, baik alat pantau proporsional maupun GM biasanya dibuat dalam bentuk silinder yang berperan sebagai katoda dan kawat halus di tengah yang berperan sebagai anoda. Keseluruhan detektor dilapisi  tabung gelas atau logam yang diisi dengan campuran gas tertentu. 

C.                 Cara Pengukuran
Cara pengukuran radiasi pada detektor isian gas adalah dengan cara arus. Pada cara arus, radiasi yang memasuki detektor tidak dikonversikan menjadi pulsa listrik melainkan rata-rata akumulasi energi radiasi persatuan waktunya yang akan dikonversikan menjadi arus listrik. Semakin banyak kuantitas radiasi per satuan waktu yang memasuki detektor, akan semakin besar arusnya. Demikian pula bila energi radiasi semakin besar, arus yang dihasilkannya semakin besar. Alat ukur radiasi cara arus dapat menampilkan integrasi dari jumlah muatan yang dihasilkan oleh radiasi tersebut dalam satu satuan waktu. Proses konversi pada cara pengukuran arus ini tidak dilakukan secara individual setiap radiasi melainkan secara akumulasi. Informasi yang ditampilkan adalah intensitas radiasi yang memasuki detektor. Kelemahan cara ini adalah ketidakmampuannya memberikan informasi energi dari setiap radiasi, sedangkan keuntungannya proses pengukurannya jauh lebih cepat daripada cara pulsa.
D.                Prinsip Kerja
Detektor isian gas bekerja dengan memanfaatkan ionisasi yang dihasilkan oleh radiasi selama melewati suatu gas. Secara khas pencacah seperti ini terdiri dari dua buah elektrode yang diberi beda potensial listrik tertentu. Ruang antara dua elektrode itu diisi dengan suatu gas. Radiasi pengion, yang melewati ruang antara elektrode tersebut, akan melesapkan sebagian atau semua energinya dengan membangkitkan pasangan-pasangan elektron ion. Elektron dan ion ini merupakan pembawa muatan yang bergerak karena pengaruh medan listrik. Ketika radiasi memasuki detektor kemudian berinteraksi dengan atom-atom gas isian maka atom-atom tersebut akan mengeluarkan elektron dari orbitnya. Elektron-elektron ini kemudian dikumpulkan menggunakan medan listrik dan dibentuk menjadi pulsa tegangan atau arus listrik yang dapat dianalisa oleh suatu rangkaian elektronik. Dengan kata lain muatan yang dihasilkan oleh radiasi tersebut diubah menjadi pulsa oleh piranti elektronika dan partikel-partikel itu dicacah secara individual.

  

Gambar Skema Detektor Isian Gas
Misalkan antara anoda dan katoda terpasang beda potensial sebesar V volt dan radiasi memasuki detektor sehingga terbentuklah sejumlah elektron dan ion-ion positif. Amplitudo sinyal listrik yang terbentuk sebanding dengan jumlah elektron atau ion ( dengan demikian sebanding dengan tenaga radiasi yang memasuki detektor) dan tidak tergantung pada tegangan V. Beda tegangan antara katoda dan anoda hanyalah mempengaruhi laju gerak elektron menuju ke anoda dan ion positif menuju katoda. Detektor gas isian dengan tegangan V yang relatif rendah seperti ini dinamakan detektor ionisasi.

Siklus pembentukan sinyal listrik berakhir ketika ion sampai di katoda. Namun demikian, ion-ion ini dapat menumbuk katoda sehingga dapat menumbuk katoda sehingga dapat dihasilkan elektron dari katoda sehingga dapat memicu terjadinya proses ionisasi sekunder. Untuk menghindari agar proses ini tidak terjadi maka gas pengisi pada detektor adalah gas dengan struktur molekul sederhana misalnya gas argon dan gas dengan struktur molekul kompleks seperti ethanol.
E.                 Keunggulan dan Kelemahan
Dari pembahasan di atas terlihat bahwa setiap radiasi akan diubah menjadi sebuah pulsa listrik dengan ketinggian yang sebanding dengan energi radiasinya. Hal tersebut merupakan fenomena yang sangat ideal karena pada kenyataannya tidaklah demikian. Terdapat beberapa karakteristik detektor yang membedakan satu jenis detektor dengan lainnya yaitu efisiensi, kecepatan dan resolusi.
a.      Efisiensi detektor
Efisiensi detektor adalah suatu nilai yang menunjukkan perbandingan antara jumlah pulsa listrik yang dihasilkan detektor terhadap jumlah radiasi yang diterimanya. Nilai efisiensi detektor sangat ditentukan oleh bentuk geometri dan densitas bahan detektor. Bentuk geometri sangat menentukan jumlah radiasi yang dapat 'ditangkap' sehingga semakin luas permukaan detektor, efisiensinya semakin tinggi. Sedangkan densitas bahan detektor mempengaruhi jumlah radiasi yang dapat berinteraksi sehingga menghasilkan sinyal listrik. Bahan detektor yang mempunyai densitas lebih rapat akan mempunyai efisiensi yang lebih tinggi karena semakin banyak radiasi yang berinteraksi dengan bahan.
b.      Kecepatan detektor
Kecepatan detektor menunjukkan selang waktu antara datangnya radiasi dan terbentuknya pulsa listrik. Kecepatan detektor berinteraksi dengan radiasi juga sangat mempengaruhi pengukuran karena bila respon detektor tidak cukup cepat sedangkan intensitas radiasinya sangat tinggi maka akan banyak radiasi yang tidak terukur meskipun sudah mengenai detektor.

c.       Resolusi detektor
Resolusi detektor adalah kemampuan detektor untuk membedakan energi radiasi yang berdekatan. Suatu detektor diharapkan mempunyai resolusi yang sangat kecil (high resolution) sehingga dapat membedakan energi radiasi secara teliti. Resolusi detektor disebabkan oleh peristiwa statistik yang terjadi dalam proses pengubahan energi radiasi, noise dari rangkaian elektronik, serta ketidak-stabilan kondisi pengukuran.
Aspek lain yang juga menjadi pertimbangan adalah konstruksi detektor karena semakin rumit konstruksi atau desainnya maka detektor tersebut akan semakin mudah rusak dan biasanya juga semakin mahal.
Tabel berikut menunjukkan karakteristik beberapa jenis detektor secara umum berdasarkan beberapa pertimbangan di atas.



F.               Contoh
Beberapa contoh dari detektor isian gas adalah :
1.      Babyline 81

2.      Ram Ion

3.      Victoren



BAB III PENUTUP

A.             Simpulan
          Detektor isian gas merupakan detektor yang paling sering digunakan untuk mengukur radiasi. Detektor ini terdiri dari dua elektroda, positif dan negatif, serta berisi gas di antara kedua elektrodanya. Elektroda positif disebut sebagai anoda, yang dihubungkan ke kutub listrik positif, sedangkan elektroda negatif disebut sebagai katoda, yang dihubungkan ke kutub negatif. Kebanyakan detektor ini berbentuk silinder dengan sumbu yang berfungsi sebagai anoda dan dinding silindernya sebagai katoda.
           Terdapat tiga jenis detektor isian gas yang bekerja pada daerah yang berbeda yaitu detektor kamar ionisasi yang bekerja di daerah ionisasi, detektor proporsional yang bekerja di daerah proporsional serta detektor Geiger Mueller (GM) yang bekerja di daerah Geiger Mueller.
B.              Saran
Sebaiknya mahasiswa mengetahui macam-macam detektor isian gas dan cara kerjanya  agar bisa mengukur radiasi yang ada di lingkungannya dan bisa mencegah kemungkinan over radiasi serta mengamankan diri dari bahaya akibat paparan radiasi.















DAFTAR PUSTAKA

Akhadi, Mukhlis. 2000. Dasar-Dasar Proteksi Radiasi. Jakarta : Rineka Cipta
Biru, Elang. 2011. Detektor Radiasi, [online], (http://elangbiru3004.blogspot.co.id/2011/04/detektor-radiasi.html, diakses tanggal 11 Mei 2017)
Nanik, DN. Detektor Radiasi, [pdf], (http://nanikdn.staff.uns.ac.id/files/2011/04/detektorradiasi-compatibility-mode.pdf, diakses tanggal 11 Mei 2017)


Share:

0 comments:

Post a Comment